Jumat, 18 November 2016

Air Terjun Singunung Tingkat Tiga, Surga Tersembunyi di Pulau Siberut

Travel
Untuk ke lokasi air terjun tersebut akan memakan waktu sekira 2,5 jam. Keberangkatan dimulai dari Desa Sikabaluan naik kendaraan roda dua menuju ke Desa Malancan selama setengah jam. Saat memasuki wilayah Desa Malancan akan ada gapura dari kayu yang beruliskan "Selamat Datang di Dusun Ukkra."
Daerah yang bersih dan rumah-rumah tradisional Mentawai tersusun rapi hingga ke Dusun Sibeuoncun. Kendaraan roda dua akan berhenti saat di ujung jalan semen dan perjalanan akan dilanjutkan dengan jalan kaki.
Bunyi derap sepatu boot saling menyahut saat memasuki jalan setapak, semakin keras bunyinya saat memasuki daerah rawa-rawa yang belumpur. Jalur yang sangat berlumpur akan diberikan titian kayu bulat sebesar betis orang dewasa oleh masyarakat setempat untuk melancarkan perjalanan. Namun harus hati-hati kalau terpeleset bisa masuk lumpur kakinya sedalam 30 sentimeter.
Sepanjang perjalan saat melewati melewati rawa-rawa banyak pohon sagu makanan pokok warga setempat serta bisa dijadikan pakan ternak babi dan ayam. Tak hanya itu saja tanaman durian, langsat serta manau, kakao, pinang yang menjadi sumber komoditi warga akan menghiasi perjalanan.
Satu jam perjalanan akan menemukan souluk (pondok tempat pemeliharaan babi), pondok ini memiliki satu kamar, dapur terbuka dan beratap daun sagu, seluruh komposisi bangunan terbuat dari kayu. Di bawah pondok ada pagar-pagar dari kulit sagu yang merupakan kandang babi.
Babi milik warga ini memang dilepas ke hutan, namun pada siang dan sore akan kembali ke pondok pemilik ternak akan memberikan makannya.
Ada lima pondok dilewati, jarak satu pondok dengan pondok lain sangat jauh. Setelah itu baru menyeberang sungai aliran air terjun Singunung selebar 10 meter di dasarnya banyak batu sungai yang keras dan batu tersebut jarang ditemukan di wilayah Siberut.
Ada tujuh kali memotong jalur sungai tersebut, setiap sungai memiliki air yang jernih dan bersih, ikan dan udang ukurang ibu jari kaki dan telapak tangan orang dewasa nampak dari permukaan sungai. “Kalau kita mengikuti sungai ini akan lebih jauh, karena sungainya belok-belok,” tutur Ligi Loer (43) warga setempat yang menjadi penunjuk jalan. (fid)

0 komentar:

Posting Komentar